Senin, 14 Mei 2012

Surat Cinta Untuk Harijatie



Bagaimana tidak saya rasakan cinta, jika seorang lelaki seperti Soekarno menuliskan lisatan kata macam ini. Berikut ini adalah surat cinta Soekarno yang ditujukan untuk Hariyatie. Salah satu istri yang dinikahinya pada bulan Mei 1963 hari ke 21. Surat ini sendiri ditulis pada 31 Agustus 1963. Jadi kira-kira dengan perasaan berbunga-bunga dalam usia tiga bulan perkawinan.

Surat ini terdiri dari dua lembar. Pada sisi kertas ditulis miring oleh Bung Karno :
" Bali saka hotel, Ora bisa turu, njur nulis layang iki " kira-kira artinya " Pulang dari hotel, tidak bisa tidur, lantas menulis surat ini."

Surat untuk Harijatie konon katanya lebih banyak menggunakan bahasa Jawa ( Saya belum pernah baca surat untuk Harijatie yang lain ). Berikut kutipannya :

Yatie adikku wong ayu,

Iki lho arloji sing berkarat kae. Kulinakna nganggo, mengko sawise sesasi rak weruh endi sing kok pilih : sing ireng, apa sing de mau kae, apa karo-karone? Dus : mengko sesasi engkas matura aku ( Dadi : sanajan karo-karone kok senengi, aku ya seneng wae )
Masa aku ora seneng? Lha wong sing mundut wanodya pelenging atiku kok! Aja maneh sekadar arloji, lha mbok apa-apa wae ya bakal tak wenehke.

Tie, layang-layangku ki simpenen ya! Karben dadi gambaran cintaku marang kowe kang bisa dibaca-baca maneh ( kita baca bersama-sama ) ing tembe jen aku wus arep pindah omah sacedake telaga biru, sing tak ceritake dek anu kae. Kae lho, telaga biru ing nduwur, sak nduwure angkasa. Coba tutupen mripatmu saiki, telaga kuwi rak katon ing tjipta! Yen ing pinggir telaga mau katon ana wong lanang ngagem jubah putih ( dudu mori lho, nanging kain kang sinulam soroting surya ), ya kuwi aku, aku, ngenteni kowe. Sebab saka pangiraku, aku sing bakal ndisiki tindak menyang kono, aku,ndisiki kowe!

Lha kae kembang semboja sing saknduwure pasareanku kae, petikan kembang iku, ambunen, gandane rak gandaku. Dudu ganda kembang, naning sawijining ganda kang giwane saka rasa-cintaku. Sebab oyote kemboja mau mlebu ing dadaku ing kuburan.


Masmu

Soekarno


Kira-kira terjemahannya begini....


Yatie, adikku yang ayu,

Ini lho, arloji bertahta emas itu. Biasakan memakai, nanti setelah sebulan, kamu akan tau mana yang hendak dipilih. Yang hitam, yang satunya, atau bahkan keduanya? Jadi sebulan lagi, katakanlah ( walaupun senang keduanya, aku akan senang juga ) masak aku tidak senang, apalagi yang meminta adalah jantung hatiku. Jangankan arloji, apapun akan aku beri!

Tie, suratku ini tolong disimpan ya. Supaya menjadi gambaran cintaku kepada kamu. yang bisa dibaca-baca lagi ( atau kita baca bersama-sama ) pada suatu hari nanti saat aku mau pindah rumah di dekat telaga biru yang pernah aku ceritakan. Itu lho, telaga yang diatasnya angkasa. Coba kau pejamkan matamu sekarang, maka kau akan melihat telaga itu. lalu jika ditepian telaga kau lihat lelaki berjubah putih ( bukan memakai kafan lho ya ) tapi kain bersulam sinar matahari yang menjadi jubah, itu aku, aku menunggumu. Sebab sepertinya, aku yang akan lebih dulu pergi kesana, mendahuluimu.

Nanti jika kau lihat kembang kamboja diatas nisanku, Ciumilah! 
maka engkau akan rasakan aroma tubuhku. Bukan aroma bunga, tetapi aroma yang tercipta dari rasa cinta. Sebab akar kamboja itu telah menusuk menembus dadaku, didalam tanah sana!!

Masmu

Soekarno

Kamis, 10 Mei 2012

Mencari Kekasih



aku ingin berlari
mencari kekasihku di awan
diantara bulir hujan
juga mendungnya bintang

hei itu dia!
persis di atas kepala
kekasihku sedang merekah
ia mengenakan gaun merah

siapakah itu di sampingnya
seorang pria penuh pesona
lalu aku patah
hancur bagai remah
tenggelam

Wanita


wanita,
aku rindu senggama
di hatimu yang tak bernama
aku ingin susuri
jalan buntu di tubuhmu
tanpa permisi
tanpa kompas sama sekali
aku ingin berteduh
di malam-malam sepi
terkunci dalam degupmu yang sunyi
tak ingin ada pagi
biarkan aku matisuri
di dalam taman surgawi

Rabu, 09 Mei 2012

Ketika Cinta Bertepuk Sebelah Tangan


Aku tidak suka menyalahkan orang yang menyakiti perasaanku. Aku lebih suka mengoreksi diriku sendiri. Sebab sesungguhnya, setiap orang yang mencintai memiliki kesempatan untuk membuat dirinya dicintai juga. Jika pada kenyataannya aku tidak bisa, dan malah disakiti dan bukan dicintai, maka ada baiknya aku boleh menerima kegagalan ini sebagai kelegaan dan pelajaran.

Aku tidak mau bodoh lagi dengan mempersilakan masuk orang yang aku idam-idamkan ke dalam hatiku namun ia tidak menyerahkan hatinya.

Benci Jadi Cinta

Sama halnya seperti bodoh bisa menjadi pintar kalau rajin belajar, begitupun benci bisa menjadi cinta kalau sering berjumpa.

Gagal Move On




Jika masih masa lalu yang menahan langkahmu, mengapa kau tidak hidup dengan kepala yang terpelintir ke belakang?

Rabu, 02 Mei 2012

Tapi Tidak Kali Ini


Aku suka hujan. Tapi tidak kali ini. Aku benci hujan. Aku menyumpahnya dalam-dalam. Kenapa ia harus turun ketika kamu tidak di sini. Kamu tidak duduk bersamaku. Padahal biasanya kamu ada di sana dengan senyuman manis dan mata teduhmu.

Kita akan mulai menatap hujan. Kaki-kaki mungilnya menyentuh jendela. Mata beningnya dengan bulu mata panjang. Lalu baju yang berwarna-warni. Ya, kita berdua suka tertawa-tertawa sendiri kalau sudah begitu.

tak ada lagi cinta sayang. 
mereka telah habis ditiduri rayap dan penat
lalu senyummu mulai patah di dedaunan. 
lunglai di rerantingan

Biasanya setelah itu kita duduk-duduk sampai larut. Kamu membuatkanku secangkir teh panas. Kamu selalu punya banyak cerita. Aku punya telinga. Kamu selalu punya keluh. Aku punya peluk. Kamu punya cinta, mungkin tidak banyak. Tapi aku punya hati sangat besar untukmu.

Haha. Ini bukan tulisan gombal. Aku serius. Sini, lekatkan kupingmu di antara denyutan nadiku. Kamu bisa mendengarkan mereka dengan sempurna. Bahkan denyut nadiku menyebutkan namamu.

“Kamu itu lelaki gombal.”

“Tapi kamu suka, aku gombali.” Balasku dengan senyum dikulum.

“Janji, hanya aku yang kamu gombali?”

“Hmm. Tergantung sih.” Aku masih menggodanya.

“Kelak aku mungkin tidak bisa duduk berdua lagi denganmu seperti ini.”

“Begitu. Kita masih bisa bertemu. Hubungi aku, aku akan meninggalkan semuanya demi dirimu.”

“Tuh, kan digombali lagi.”

***

terbawa angin sendu
aku tak ingin menangis (lagi)
biarkan air mataku sembunyi
mendungnya tergenangi 

Aku suka hujan. Tapi tidak kali ini.