Rabu, 27 Juni 2012

Salah Kaprah

Sumber: Alissa Wahid

The residents of a small town built a new bridge. Then they decided that, if they had a new bridge, they’d better hire a watchman to keep an eye on it. So they did. Someone noted that the watchman needed a salary, so they hired an accountant. He in turn pointed out the need for a treasurer. With a watchman, an accountant, a treasurer, they had to have an administrator, so residents appointed one. Congress then voted a cut in funding, and personnel had to be cut back. So, they fired the watchman!

Kisah ini saya baca di buku Developing Leaders Around You (John C.Maxwell). Dan saya langsung teringat banyak hal di sekitar saya yang mencerminkan hal yang sama, bahkan Indonesia.

Sering sekali kita berangkat dari sebuah titik persoalan, bergerak menuju titik penyelesaian. Tetapi kemudian dalam perjalanan mengelola persoalan-persoalan itu, kita menemukan hal-hal yang menurut kita ‘harus’ kita lakukan  sebagai reaksi atas persoalan di perjalanan itu. Setiap persoalan membawa penyelesaian yang kemudian menjadi persoalan baru. Sayangnya jawaban terhadap persoalan baru malah semakin membuat kita menjauh dari persoalan intinya. Bahkan seringkali, inti persoalannya kemudian kita abaikan, kita buang, sementara kita ribut dengan masalah-masalah kembangkan yang sudah tak lagi menjawab inti persoalan.

Di Indonesia, kita banyak temui situasi ini; bahkan, sedihnya, di tingkat negara.

Kita ingat reaksi Presiden SBY terhadap kasus penyiksaan TKW di Arab Saudi. Alih-alih merespon inti persoalan yaitu penguatan kapasitas para TKW dan utamanya penguatan aturan-aturan di negara Indonesia dan perlindungan terhadap TKW, Presiden justru memberikan solusi membekali TKW dengan handphone. Tentu kemudian pertanyaan yang muncul adalah: bagaimana nalarnya orang sedang disiksa bisa/sempat menelpon? bahkan asumsi yang lebih dasar adalah bahwa sang TKW harus mengalami penyiksaan baru fungsi handphone itu terjalankan. Waduh.

Lalu seorang Pejabat Negara yang mengatakan bahwa kalau sudah resiko orang Mentawai kena tsunami, seakan-akan itu adalah pilihan mudah. “Bila tidak ingin kena tsunami, jangan tinggal di pinggir pantai karena itulah resiko orang yang tinggal di tepi pantai”. Oalah pak, apakah tidak sadar bahwa di mana pun kita berada, resiko bencana alam itu sama besar? Tinggal di gunung, kena muntahan letusan. Tinggal di desa-kota, besar kemungkinan gempa atau banjir. Padahal, saya dan masyarakat Indonesia lainnya bekerja keras membanting tulang untuk membayar Anda memastikan bahwa faktor-faktor resiko sosial kami berkurang melalui pelayanan Pemerintah.

Belum lagi Mentri Agama yang tahun 2010 mengatakan bahwa memang sebaiknya kelompok minoritas tidak mendirikan tempat ibadah, karena harus menghargai kelompok mayoritas setempat. Masya Allah.. Berarti harus menjadi mayoritas dulu, baru bisa mendirikan tempat ibadah? Ini salah kaprah yang kebablasan, karena pemikiran ini membawa bibit segregasi masyarakat Indonesia. Lalu orang Islam hanya bisa mendirikan tempat ibadah di tempat orang Islam. Tidak bisa di Menado, di Bali, di Jayapura. Sebaliknya, orang Buddha, dimana mereka akan mendirikan tempat ibadah mereka? Harus bergerilya dulu untuk memBuddhakan sebuah komunitas, baru setelahnya bisa mendirikan vihara? Bukankah persoalan intinya adalah bagaimana Pemerintah bisa memfasilitasi tumbuhnya semangat kebhinnekaan sehingga setiap orang Indonesia dapat hidup bersama dengan orang Indonesia lainnya?

Lalu tentu saja yang terbaru dan paling mengkhawatirkan adalah tentang kerukunan antar umat beragama serta hak memilih dan menjalankan keyakinan bagi para Jamaah Ahmadiyah Indonesia. Gubernur dan Bupati seakan berlomba membuat peraturan daerah untuk melarang kegiatan JAI dengan alasan beresiko menimbulkan kekerasan dan kerusuhan oleh kelompok radikal Muslim yang merasa JAI menistai keislaman mereka.

Bukannya menegakkan UUD 1945 yang mengamanatkan hak memeluk keyakinan sebagai hak dasar yang dijamin oleh negara, pengelola negara justru memilih untuk mencari solusi yang memicu persoalan-persoalan yang jauh lebih besar dalam jangka panjang. Pengelola negara memilih jalan pintas, melupakan (atau memang tak punya kapasitas?) prinsip the longest distance between here and your goal is the shortcut.

Dan kita pun mulai mencatat, bagaimana pelanggaran demi pelanggaran hak asasi manusia semakin sering terjadi terhadap para Ahmadi akhir-akhir ini. Dengan tanpa rasa kemanusiaan, kuburan dibongkar dan sang jenazah diletakkan sembarangan di tanah kosong, atas nama rasa tidak terima. Dengan enteng, seorang Panglima Kodam bisa mengajak warga untuk menduduki masjid Ahmadiyah. Dengan tanpa nurani, Kepala Daerah di Lombok memaksa orang-orang Ahmadi diisolasi, pindah ke pulau kecil. Dengan tanpa rasa takut, FPI mengancam seorang Sultan HB X sang Gubernur DIY yang tak hendak mendiskriminasi warga negaranya, bahkan dengan ancaman akan melakukan sweeping ke aset-aset milik JAI di DIY.

Negara (Pemerintah Pusat, Kepala Daerah, Kepala Kepolisian, dan Kepala Tentara setempat) yang seharusnya melindungi mereka, menutup mata terhadap penindasan yang terjadi. Entah memang nurani mereka yang tumpul, atau karena paradigma yang tidak memadai, atau karena tersandera oleh politik kapital dan dukungan; sehingga mereka melupakan bahwa kewajiban mereka yang utama adalah melindungi setiap warganegaranya untuk mendapatkan hak-hak dasar di Indonesia, dengan menggunakan perangkat peraturan perundangan, dan perangkat penegak hukum.

Apa ujung dari segala “petualangan” bangsa Indonesia dengan negaranya akhir-akhir ini? Sejujurnya, saat ini kepada diri sendiri pun saya hanya bisa menjawab: entahlah. Sama seperti tak tahunya saya, bagaimana nasib warga sang kota kecil yang memiliki akuntan, orang keuangan, dan manager untuk mengelola jembatan, tapi kehilangan penjaga jembatannya…

Selasa, 12 Juni 2012

Tak Ada Yang Kebetulan


Dalam hidup tak ada yang kebetulan. Segala sesuatu dibuat untuk sebuah tujuan. Dari banci di perempatan, orang gila dipinggir jalan, pelacur di gang-gang, Tak ada yang lebih tinggi atau yang lebih rendah. Hebatnya, Tuhan tak pernah pilih-pilih siapa yang akan dikasihi. Ia mengasihi semua.

Masalahnya aku terkadang melebihi Tuhan. Aku terlalu pemilih. Memilih siapa yang mau kukasihi dan mana yang tidak. Sampai di sini saya berpikir, yang Tuhan siapa, yang manusia siapa. 

Malam ini kalau berdoa, minta hati yang lebar untuk mengasihi. Selebar apa? silakan pilih saja. Saya sih mau selebar globe atau bola dunia. Eh, tunggu! Globe tidak lebar, ia bulat. Karena bagi saya, kamu adalah dunia saya. 

Senin, 14 Mei 2012

Surat Cinta Untuk Harijatie



Bagaimana tidak saya rasakan cinta, jika seorang lelaki seperti Soekarno menuliskan lisatan kata macam ini. Berikut ini adalah surat cinta Soekarno yang ditujukan untuk Hariyatie. Salah satu istri yang dinikahinya pada bulan Mei 1963 hari ke 21. Surat ini sendiri ditulis pada 31 Agustus 1963. Jadi kira-kira dengan perasaan berbunga-bunga dalam usia tiga bulan perkawinan.

Surat ini terdiri dari dua lembar. Pada sisi kertas ditulis miring oleh Bung Karno :
" Bali saka hotel, Ora bisa turu, njur nulis layang iki " kira-kira artinya " Pulang dari hotel, tidak bisa tidur, lantas menulis surat ini."

Surat untuk Harijatie konon katanya lebih banyak menggunakan bahasa Jawa ( Saya belum pernah baca surat untuk Harijatie yang lain ). Berikut kutipannya :

Yatie adikku wong ayu,

Iki lho arloji sing berkarat kae. Kulinakna nganggo, mengko sawise sesasi rak weruh endi sing kok pilih : sing ireng, apa sing de mau kae, apa karo-karone? Dus : mengko sesasi engkas matura aku ( Dadi : sanajan karo-karone kok senengi, aku ya seneng wae )
Masa aku ora seneng? Lha wong sing mundut wanodya pelenging atiku kok! Aja maneh sekadar arloji, lha mbok apa-apa wae ya bakal tak wenehke.

Tie, layang-layangku ki simpenen ya! Karben dadi gambaran cintaku marang kowe kang bisa dibaca-baca maneh ( kita baca bersama-sama ) ing tembe jen aku wus arep pindah omah sacedake telaga biru, sing tak ceritake dek anu kae. Kae lho, telaga biru ing nduwur, sak nduwure angkasa. Coba tutupen mripatmu saiki, telaga kuwi rak katon ing tjipta! Yen ing pinggir telaga mau katon ana wong lanang ngagem jubah putih ( dudu mori lho, nanging kain kang sinulam soroting surya ), ya kuwi aku, aku, ngenteni kowe. Sebab saka pangiraku, aku sing bakal ndisiki tindak menyang kono, aku,ndisiki kowe!

Lha kae kembang semboja sing saknduwure pasareanku kae, petikan kembang iku, ambunen, gandane rak gandaku. Dudu ganda kembang, naning sawijining ganda kang giwane saka rasa-cintaku. Sebab oyote kemboja mau mlebu ing dadaku ing kuburan.


Masmu

Soekarno


Kira-kira terjemahannya begini....


Yatie, adikku yang ayu,

Ini lho, arloji bertahta emas itu. Biasakan memakai, nanti setelah sebulan, kamu akan tau mana yang hendak dipilih. Yang hitam, yang satunya, atau bahkan keduanya? Jadi sebulan lagi, katakanlah ( walaupun senang keduanya, aku akan senang juga ) masak aku tidak senang, apalagi yang meminta adalah jantung hatiku. Jangankan arloji, apapun akan aku beri!

Tie, suratku ini tolong disimpan ya. Supaya menjadi gambaran cintaku kepada kamu. yang bisa dibaca-baca lagi ( atau kita baca bersama-sama ) pada suatu hari nanti saat aku mau pindah rumah di dekat telaga biru yang pernah aku ceritakan. Itu lho, telaga yang diatasnya angkasa. Coba kau pejamkan matamu sekarang, maka kau akan melihat telaga itu. lalu jika ditepian telaga kau lihat lelaki berjubah putih ( bukan memakai kafan lho ya ) tapi kain bersulam sinar matahari yang menjadi jubah, itu aku, aku menunggumu. Sebab sepertinya, aku yang akan lebih dulu pergi kesana, mendahuluimu.

Nanti jika kau lihat kembang kamboja diatas nisanku, Ciumilah! 
maka engkau akan rasakan aroma tubuhku. Bukan aroma bunga, tetapi aroma yang tercipta dari rasa cinta. Sebab akar kamboja itu telah menusuk menembus dadaku, didalam tanah sana!!

Masmu

Soekarno

Kamis, 10 Mei 2012

Mencari Kekasih



aku ingin berlari
mencari kekasihku di awan
diantara bulir hujan
juga mendungnya bintang

hei itu dia!
persis di atas kepala
kekasihku sedang merekah
ia mengenakan gaun merah

siapakah itu di sampingnya
seorang pria penuh pesona
lalu aku patah
hancur bagai remah
tenggelam

Wanita


wanita,
aku rindu senggama
di hatimu yang tak bernama
aku ingin susuri
jalan buntu di tubuhmu
tanpa permisi
tanpa kompas sama sekali
aku ingin berteduh
di malam-malam sepi
terkunci dalam degupmu yang sunyi
tak ingin ada pagi
biarkan aku matisuri
di dalam taman surgawi

Rabu, 09 Mei 2012

Ketika Cinta Bertepuk Sebelah Tangan


Aku tidak suka menyalahkan orang yang menyakiti perasaanku. Aku lebih suka mengoreksi diriku sendiri. Sebab sesungguhnya, setiap orang yang mencintai memiliki kesempatan untuk membuat dirinya dicintai juga. Jika pada kenyataannya aku tidak bisa, dan malah disakiti dan bukan dicintai, maka ada baiknya aku boleh menerima kegagalan ini sebagai kelegaan dan pelajaran.

Aku tidak mau bodoh lagi dengan mempersilakan masuk orang yang aku idam-idamkan ke dalam hatiku namun ia tidak menyerahkan hatinya.

Benci Jadi Cinta

Sama halnya seperti bodoh bisa menjadi pintar kalau rajin belajar, begitupun benci bisa menjadi cinta kalau sering berjumpa.

Gagal Move On




Jika masih masa lalu yang menahan langkahmu, mengapa kau tidak hidup dengan kepala yang terpelintir ke belakang?

Rabu, 02 Mei 2012

Tapi Tidak Kali Ini


Aku suka hujan. Tapi tidak kali ini. Aku benci hujan. Aku menyumpahnya dalam-dalam. Kenapa ia harus turun ketika kamu tidak di sini. Kamu tidak duduk bersamaku. Padahal biasanya kamu ada di sana dengan senyuman manis dan mata teduhmu.

Kita akan mulai menatap hujan. Kaki-kaki mungilnya menyentuh jendela. Mata beningnya dengan bulu mata panjang. Lalu baju yang berwarna-warni. Ya, kita berdua suka tertawa-tertawa sendiri kalau sudah begitu.

tak ada lagi cinta sayang. 
mereka telah habis ditiduri rayap dan penat
lalu senyummu mulai patah di dedaunan. 
lunglai di rerantingan

Biasanya setelah itu kita duduk-duduk sampai larut. Kamu membuatkanku secangkir teh panas. Kamu selalu punya banyak cerita. Aku punya telinga. Kamu selalu punya keluh. Aku punya peluk. Kamu punya cinta, mungkin tidak banyak. Tapi aku punya hati sangat besar untukmu.

Haha. Ini bukan tulisan gombal. Aku serius. Sini, lekatkan kupingmu di antara denyutan nadiku. Kamu bisa mendengarkan mereka dengan sempurna. Bahkan denyut nadiku menyebutkan namamu.

“Kamu itu lelaki gombal.”

“Tapi kamu suka, aku gombali.” Balasku dengan senyum dikulum.

“Janji, hanya aku yang kamu gombali?”

“Hmm. Tergantung sih.” Aku masih menggodanya.

“Kelak aku mungkin tidak bisa duduk berdua lagi denganmu seperti ini.”

“Begitu. Kita masih bisa bertemu. Hubungi aku, aku akan meninggalkan semuanya demi dirimu.”

“Tuh, kan digombali lagi.”

***

terbawa angin sendu
aku tak ingin menangis (lagi)
biarkan air mataku sembunyi
mendungnya tergenangi 

Aku suka hujan. Tapi tidak kali ini.  

Senin, 23 April 2012

Wangi Hujan


Wangi hujan pertama. Kalau kamu mengaku jatuh cinta dengan hujan, maka kamu pasti akan mengenalinya. Sebutlah itu adalah aroma hujan, yang bercampur dengan tanah. Atau kamu bisa mengoogling sendiri, lalu temukan maknanya di sana.

Ketika aku menulis ini hujan memang sedang turun. Wangi hujan kemudian menyeruak memasuki kamar. Satu hal yang biasanya aku lakukan ketika hujan adalah, membuka pintu dan jendela lebar-lebar, supaya bisa menatap mereka.

Ya, hanya menatap. Aku suka menatap mereka. Aku suka mendengarkan bunyi gemerincing mereka diantara genteng. Aku suka memejamkan mata untuk mendengarkan hujan lekat-lekat. Hal ini kemudian menimbulkan nada sendiri.

Lalu, aku mulai menulis. Menulis apapun yang aku suka.

Sebelum menulis ada satu kebiasaan yang sering sekali aku lakukan yaitu, bermain-main dengan pikiran. Ada hal yang kini cukup mengganggu, yaitu soal bertumbuh dan menjadi dewasa. Ada kesimpulan yang mendadak hadir di kepala.

Sempat aku tulis di status: Semakin tua semakin jaim. Semakin lupa tuk bermain-main.

Banyak orang ketika bertambah umur semakin jaim, mereka selalu mencoba untuk memberikan nasihat kepada orang lain. Dan sebisa mungkin kata-kata positif yang keluar dari mulut mereka.

Lalu, tiba-tiba aku mulai bosan dengan tubuh orang dewasa itu. Aku merasa orang dewasa itu terlalu banyak pakai topeng. Aku merasa menjadi orang dewasa itu selalu menjaga aturan dan kesopanan dalam berperilaku dan berkelakuan.

Hm...

Lalu, masih dari status: Semakin dewasa. Semakin sok tahu. Padahal menerbangkan balon di jalan-jalan pun keindahan. butuh pengetahuan.

Jujurlah, kamu pasti pernah bertemu dengan orang ini? atau mungkin orang itu adalah kamu?

Kalau saat ini ada yang bertanya, lalu apa sebaiknya yang harus kau lakukan ketika menjadi dewasa.

Bertumbuhlah, tapi jangan dewasa.

Teruslah bermain seperti anak-anak.

Teruslah bermimpi, salah satu mimpiku yaitu, tahun 2012 aku mau ke puncak gunung idaman para pendaki. Gunung Rinjani. Aku mau bawa balon udara. Terbangkan balon dengan surat untuk kamu.

Aku mulai memejamkan mata. Dalam wangi hujan aku berdoa.

Kamis, 19 April 2012

Halte


Entah kenapa aku begitu suka halte. Aku menyukai konsep menunggu, singgah sebentar, berangkat lagi. Ada aktivitas yang dilakukan di tempat kecil seperti halte. Kadang selewat, tapi halte bagiku mengandung filosofi tertentu.

Aku tidak terlalu suka dengan keriuhan. Jika kepala ini sedang riuh, biasanya aku memutuskan untuk berjalan sendiri. Berjalan kaki itu selalu menguntungkan. Berjalan kaki juga biasanya membantuku bercakap dengan diri sendiri.

Entah kenapa aku sering menyempatkan diri untuk berjalan kaki ke halte. Halte itu manis pikir saya. Jika lewat halte, ia seperti menyapa saya. Ia menarik pantatku untuk duduk diatasnya.

Aku sering duduk sebentar di halte. Melihat beberapa aktivitas angkot yang lewat. Mengamati orang yang turun naik dari angkot. Melihata perempuan di sebelah saya yang sedang melamun. Dan Pak polisi dengan mobilnya di seberang jalan.

Sembari duduk, aku membayangkan kalau halte itu adalah hati. Sepanjang hidupmu kau banyak menunggu, ada orang yang keluar masuk, singgah sebentar, duduk-duduk, mengamati, kadang melamun, dan kemudian berangkat lagi.

Setiap orang yang duduk di halte, belum tentu punya tujuan. Tapi ada juga yang sudah mempunyai tujuan. Atau ada juga yang hanya kepingin duduk, seperti aku.

Begitupun dengan hati, kadang ada yang mampir di hatimu, tanpa tujuan. Atau kadang justru mereka punya banyak tujuan.

Aku tidak terlalu peduli. Yang penting hati saya lega, walau mata saya basah. Tulisan ini mau saya dedikasikan kepada bus kota yang waktu itu lewat ketika saya duduk di halte.

Mereka seperti menyuruhku untuk melepaskan. Begitupun hati, kadang kau harus belajar untuk melepaskan.

Senin, 16 April 2012

Melawan Diri Sendiri


Diri sendiri adalah lawan terberat, sekalipun rasa-rasanya adalah teman terdekat. Kita mengetahui seluk beluk diri kita. Jika diri kita sendiri berubah menjadi musuh, maka habislah kita.

Kerap kali aku menjadi lawan bagi diriku. Seperti ada dua sisi yang berbeda yang sedang berdebat di dalam kepalaku yang kecil ini. Tetapi tidakkah itu sebenarnya hanya fenomena pikiran dalam menimang dan mempertimbangkan sesuatu? Sebab sebelum aku bertanya pada siapapun, aku suka bertanya dulu pada diri sendiri. Maka ketika sesuatu di dalam diriku tampak bagaikan lawan, aku ingin mengalahkannya. Kupikir pemenang sejati ialah pemenang yang berhasil mengalahkan dirinya sendiri, yang hendak memberikan pialanya kepada sesama, demi kemuliaan Tuhan. Jadi tidak ada yang ingin aku ambil dari pertempuran di dalam diriku. Melawan diri sendiri bukanlah caraku mencari untung atau piala untuk diriku sendiri, melainkan caraku untuk menyerahkan diriku pada sesama.

Kadang yang dilawan diriku adalah keinginan-keinginanku sendiri. Sesuatu yang berat, yang memintaku dengan memaksa. Jikau sudah seperti itu, jangan kau biarkan keinginan di dalam dirimu tumbuh bagai benalu. Dimusuhi orang lain masih dapat dipetik sebagai pelajaran, tetapi memusuhi diri sendiri tidak mengajarkan apa-apa.

Orang melakukan apapun yang mereka ingin lakukan, tetapi aku melakukan sebagaimana aku ingin diperlakukan.

Jumat, 13 April 2012

Jika Kamu Mau


Jika kamu punya cerita cinta yang memalukan. Mungkin kamu bisa membaginya kepadaku. Aku ingat dulu, selama bertahun-tahun aku pernah mencintai seseorang. Ia cinta pertama. Tidak banyak yang tahu. Karena aku cenderung tertutup untuk urusan yang satu ini.

Menikmati cinta diam-diam. Adalah kenikmatan tersendiri bagiku. Tidak hanya itu, bisa dibilang itu juga adalah sebuah kebanggaan. Karena ketika aku mencintai, paling tidak aku masih sadar bahwa aku adalah manusia yang butuh orang lain.

Ah, klise sekali.

Tapi begitulah. Melakukan sesuatu secara diam-diam. Tanpa banyak mengumbar. Mungkin akan melatihmu untuk mengenal perasaanmu lebih dalam. Terlalu banyak cinta yang datang dan pergi. Beberapa diantaranya sangat liar. Tapi aku menikmatinya. Aku tidak pernah menolak mereka. Sejauh ini aku menjalaninya dengan kesigapan.

Tidak sempurna. Banyak kesalahan. Sampai suatu ketika aku bangun dengan pemikiran bahwa aku membutuhkan seseorang untuk dicintai karena aku tidak mau hanya membagi apa yang aku rasa dengan diri sendiri. Sungguh aku membutuhkan orang lain. Bukan hanya pasangan ia juga sahabat.

Jika memang itu adalah kamu ... aku tidak keberatan untuk berbagi segala sesuatu denganmu. Begitupun sebaliknya, aku akan mendengarkan apa yang kamu keluhkan. Aku akan ada di samping tidurmu, mendengarkanmu bercerita sampai mengantuk. Dan aku tidak segan-segan untuk menggunakan jari-jariku mengusap punggungmu yang lelah. Lalu memelukmu erat, supaya kamu selalu bisa merasakan hangatnya tubuhku.

Jika kamu mau?

Rabu, 11 April 2012

Tapi Pergilah


Aku tidak suka ini. Ketika aku hendak bergerak maju, kau selalu datang. Aku sudah tidak terbiasa lagi dengan kedatanganmu. Aku hendak berpergian. Aku hendak menjelajah tempat baru. Aku hendak terbang tinggi ke tempat dimana kau tidak bisa menjangkauku.

Lalu, kau memang tidak akan menjangkauku. Kau tidak bisa. Bagiku kau sudah mati. Bagiku kau sudah tidak seru lagi untuk dibahas di hati dan juga di pikiranku. Mau apa lagi sih? Terakhir kali kita bertemu, kau bilang kau kangen.

Ya, aku masih menjawabnya dengan: aku juga kangen.

Tapi tiba-tiba, segala sesuatu berubah. Betul? Kau buatku sedih dengan keputusan-keputusanmu. Kau bersama—sudahlah. Aku menghargai. Aku menghormati segala sesuatunya. Saat ini aku punya sayap. Sayapku satu, tapi aku ingin terbang.

Tolong, aku mohon! Jangan ganggu aku.

Berhentilah muncul di mimpiku. Berhentilah menyayangiku lewat mimpi. Berhentilah menciumku lewat mimpi. Berhentilah menyentuhku, walau hanya lewat mimpi. Aku ingin melupakanmu. Tempat tidurku kini penuh, aku meletakkan banyak bantal, supaya tak ada sisa untuk –badanmu.

Tapi pergilah.

if you're lost you can look, and you will find me
time after time
if you fall I will catch you, I'll be waiting

I’m NOT waiting for you.

Senin, 09 April 2012

Atap Rumah


Aku ini adalah lelaki yang sangat menggemari atap rumah. Aku suka duduk di sana berjam-jam menunggu dan menunggu. Aku suka duduk di sana sepanjang hari, lalu menjelang maghrib biasanya aku turun ke rumah.

Tapi besoknya aku ke sana lagi. Mengulangi hal yang sama, begitu terus setiap kali. Aku suka sekali berbicara dengan dahan-dahan. Lalu kadang berbisik-bisik dengan angin. Atau tertawa dengan burung gereja.

Hmm.. Mungkin semacam berbagi rahasia. Ya, aku punya rahasia yang selama ini aku tutup rapat-rapat. Entahlah, aku hanya takut kalau rahasia ini terbongkar. Jadi aku memilih untuk mencintai atap rumah dan bercerita dengannya.

Mari aku perkenalkan atap rumah yang satu ini, kalau dilihat dari kejauhan ia memang sedikit rapuh. Kulitnya sudah mulai terkelupas. Warna catnya juga sudah memudar. Tapi aku menyukainya. Aku suka tampilannya yang tua.

Lalu saya mulai bercerita kepada bangku taman itu. Cerita sepele yang mungkin lebih baik tidak usah aku tulis di sini. Cerita-cerita menyenangkan yang selalu membuatku senyum-senyum sekali. Tiap kali mengingatnya. Ah, lagi-lagi aku berganti. Tapi aku menikmatinya. Lalu aku akan bercerita tentangmu. Ya, kamu.

Mungkin kamu yang aku tunggu-tunggu. Mungkin karena wangimu yang selalu menggoda. Mungkin karena senyummu. Mungkin karena pengertianmu. Mungkin karena kamu yang tidak rusuh sepertiku. Mungkin karena kamu begitu terbalik. Begitulah aku, selalu menyukai sesuatu yang terbalik.

"Kamu tahu kan, jalan ke rumahku. Main ke sini yuk. Supaya aku tidak sendiri lagi."

Mungkin kamu yang sedang aku tunggu, untuk berbagi sore. Lalu kita di sana duduk di atap rumah.

Berciuman lama.

Selasa, 27 Maret 2012

Andai Saja


Malam-malam kini jadi lebih lama
Aku mau jadi jaket yang selalu kau pakai
Tebal takkan buatmu kedinginan
Memeluk dinginnya hatimu
Mendengarkan resah jantungmu
Menyatu dengan wangi tubuhmu
Menyentuhmu kapan saja, sesukaku.

Andai saja.

Mengeja Cinta


Mengeja cinta pelan-pelan saja.

Biarkan lekuk hurufnya menari di ujung bibirmu dulu sebelum getarnya mengoyakkan langit-langit mulutmu, hanyut dalam kerongkonganmu, larut di nadimu, keluar lewat air matamu.

Mengeja cinta kadang butuh luka.

Kamis, 22 Maret 2012

Pertemuan


Suatu ketika pertemuan di hari pertama tidak akan dilupakan. Penting sekali mengenal detail pertemuan pertama. Penting sekali membaui kamu untuk pertama kalinya. Penting sekali menangkap mata teduhmu untuk pertama kalinya. Memasuki pertemuan aku senang mengakui bahwa keyakinanku benar, perpisahan akan membawamu kepada pertemuan selanjutnya.

Dan memasuki pertemuan yang sekarang, aku bersyukur bahwa pernah ada perpisahan yang terakhir.

Apa yang akan kamu catat ketika pertemuan pertama. Aku mencatat banyak, bau, senyum, hangat telapak tangan, salam pertama kali, dan mata teduhmu. Mata teduh yang berbinar ketika senang. Persis seperti aku.

Ketika senang, ketika sedih, mataku punya binarnya sendiri. Dan jika peka, banyak orang hanya akan mengenalku dari binar mataku. Absurd memang. Tapi bagiku mata tidak pernah bohong.

Jika mau jujur aku ingin mengatakan bahwa kamu punya mata yang indah. Meneduhkan. Seperti kolam bening yang dipenuhi dengan banyak pohon rindang. Aku bisa pergi kesana jika ingin melamun.

Senin, 19 Maret 2012

Jangan Jatuh Cinta


Jika takut dibilang bodoh, jangan jatuh cinta.

Cinta yang bagaimana yang tanpa pengampunan?

Kegagalan adalah sebuah pelajaran. Jangan memelihara kegagalan seperti menanam benalu di dalam hati.

Jika hati adalah benteng yang kokoh dan cinta adalah raja yang bertahta, maka doa demi doa adalah para pengawal yang berjaga-jaga.

Kamis, 15 Maret 2012

Menuju Kamu


Jangan sampai sepi melahirkan hampa. Karena riuh yang paling gemuruh pun akan susah menimangnya. Kalau hampa lahir, dia akan merangkak dan belajar berjalan mengelilingi hati, lalu berlari-lari di kepalamu. Kamu akan lelah dan mendekati mati rasa. Bulan akan menangis di setiap tidurmu dan matahari gelisah di setiap pagimu.

Untuk itu, sebelum hampa. Kusegerakan menuju kamu.

Selasa, 13 Maret 2012

Cerita Sahabat


Saya heran sama orang yang mempertandingkan cinta dengan persahabatan. Dibawanya dua itu ke satu arena, diadunya demi menemukan pendirian. Itu seperti dua tangan di dalam satu tubuh yang oleh pikiran dipaksa untuk saling melukai.

Ada lagi namanya persahabatan lawan jenis. Menurut saya tidak ada itu persahabatan lawan jenis. Tidak ada persahabatan antara pria dan wanita. Jika bukan cinta yang menyatukan pria dan wanita, maka itu pasti adalah persaudaraan, peribadahan, pekerjaan, kekaguman, penghargaan, kesamaan selera, nafsu dan gairah, tetapi tidak untuk tali persahabatan.

Sahabat memiliki nilai tersendiri yang lebih tinggi dibandingkan teman atau kenalan biasa. Sahabat yang setia bisa mengorbankan nyawanya demi sahabatnya, tetapi tidak cintanya. Sedang kekasih yang setia, ia bisa mengorbankan apapun demi kekasihnya, termasuk persahabatan. Sebab menurutku, cinta boleh saja dimulai dari pertemanan. Cara yang sederhana untuk saling mengenal satu sama lain. Sementara jika ada yang merasa memiliki sahabat lawan jenis, ia hanya tidak tahu ada cinta yang tersembunyi di dalamnya. Atau dengan kemungkinan lain, dua lawan jenis yang bersahabat, keduanya mencintai sesama jenis. Karena sebenarnya, persahabatan hanyalah istilah klise yang digunakan seseorang ketika ia membutuhkan waktu lebih lama untuk merasakan dan mendapatkan cintanya.

Your best friend is not your lover, it’s when you know that your love is always more than just a friendship.

Your best friend is someone who is really important in your life, but love is something that makes you feel that your life is really important.

Sahabatmu dan kekasihmu, keduanya memiliki nilai penting di dalam hidup, tetapi memiliki perbedaan di dalam merasakan.

Aku baru bisa menerima kemungkinan Adam dan Hawa dapat bersahabat jika keduanya tidak memiliki hormon.

Seorang laki-laki boleh mengatakan teman wanitanya adalah sahabat atau juga sebaliknya ketika ia tidak memiliki rasa malu dan rasa nafsu di dalam ketelanjangan fisik.

Aku baru benar-benar berkenalan dengan dunia setelah memiliki teman.

Mana yang kedengarannya aneh, antara kekasih yang sudah seperti sahabat dan sahabat yang sudah seperti kekasih?

Menahan Rindu


Rindu selalu seperti angin, sekalipun terkadang aku seperti batu. Aku selalu bisa menciptakan angin kecil dari nafas yang aku embus. Jika kepalaku membatu dengan mencoba menahan nafas, kau tahu sampai kapan aku bisa bertahan menahannya.

Pemilik Cinta


Pemilik memiliki hak untuk menegur, mengusir atau bahkan melawan siapapun yang mengganggu kepemilikannya.

Jujur


Dikira berbohong padahal jujur? Itu mungkin karena kamu memiliki pembawaan diri yang kurang meyakinkan. Bisa karena kamu kurang percaya diri, bisa karena kamu terlalu berlebihan. Atau di sisi lain, ia memiliki ketakutan tinggi akan suatu kemungkinan, yaitu dikecewakan.

Soal bagaimana membuat orang percaya padaku, aku tidak begitu ambil pusing. Aku bisa mengatakan dan melakukan hal-hal yang manis baik itu bohong ataupun jujur.

Kita tidak bisa menjamin kepercayaan yang kita berikan kepada orang lain. Tetapi kita bisa membantu orang lain memelihara kepercayaan yang kita berikan.

Seseorang tidak benar-benar percaya sampai waktu yang membuktikan, tetapi iman selalu dapat melihat lebih cepat daripada waktu.

Senin, 12 Maret 2012

Lampu Merah


Yang paling menarik dari lampu merah adalah STOP. Berhenti. Menginjakkan kaki di rem. Ketika berhenti yang dilakukan adalah menunggu untuk bergerak maju lagi. Ketika di mobil, kamu bisa menguap, bernyanyi kecil, memainkan jari-jarimu di setir, melihat di sekitar, muka pengamen muncul di jendelamu, tukang jual koran, tukang jual bunga, tukang minta-minta, anak-anak kecil yang tertawa terbahak, atau Ibu-ibu mengantuk.

Ketika berhenti di persimpangan, jangan buru-buru jalan terus. Apalagi jalan cepat, ketergesaan hanya akan membuatmu bingung. Cobalah berhenti sebentar, lalu mengamati sekitarmu. Ketika berhenti, yang dilatih adalah caramu mengamati dengan mata mengamati dengan hati.

Suatu ketika, aku pernah berhenti di lampu merah kesekian.. di samping kiri dan kanan seperti memaksa mengambil keputusan untuk bilang “Ya” atau “Tidak”. Dua kata yang tidak bisa diputuskan segampang itu sebelum belajar mengamati. Kemudian aku mengambil jeda. Diam dan mengamati sebentar. Terlalu gelap kalau bilang “Ya” dan setengah buram juga untuk bilang “Tidak.”

Jujur saja berhenti adalah posisi yang paling menyebalkan. Karena aku tidak bisa sabar. Juga tidak mau belajar sabar. Tetapi ketika bertemu dengan lampu merah mau tidak mau, aku seperti setengah dipaksa untuk diam. Mereka seakan tahu, kalau aku memang tipe yang tidak bisa dipaksa. Tapi kali ini lain, aku mau menurutinya. Ketika pada akhirnya berhenti, di sebelah kiri ada sebuah wajah. Wajah yang begitu aku kenal. Wajah yang pernah membuat aku jatuh sangat. Dalam kurun waktu tertentu, seakan ada magnit yang begitu kuat.

Berhenti adalah saatnya untuk sabar.

Ketika di lampu merah, pada suatu ketika. Aku akhirnya bilang “Tidak” bukan berarti aku mengaku kalah, tetapi lampu merah bisa jadi adalah pemberhentian. Bisa jadi adalah pause yang disengaja. Jeda yang mungkin saat ini sedang dibutuhkan. DIAM panjang yang selama ini hilang. Lamunan untuk kemudian berpikir. Lampu merah adalah peringatan dan keputusan.

Aku tidak bisa mengira-ngira seberapa baik keputusan ini untuk kedepannya nanti. Tapi yang pasti lampu merah dibutuhkan oleh orang yang peragu seperti aku. Bukan bilang “Tidak” untuk mundur, tapi kali ini bilang “Tidak” untuk maju terus. Melesat jauh. Susah dikejar. Naik dan terus naik.

Sekarang lampunya berubah hijau, tarik nafasmu dalam-dalam, nyalakan gas. Cepat! Melaju.

Rabu, 07 Maret 2012

Older Couples


I love seeing older couples because it gives me hope that I really will find someone to spend the rest of my life with ♥

Kita


Kita saling mencintai, saling menerima, saling membangun dan melengkapi. Jawab aku, bagian mana yang tidak membahagiakan menurut mereka!?

Jangan Menangis


Jangan menangis seperti ingin membuat laut, nanti kita begitu jauh, tidak mungkin aku berenang.

Sepasang


Mungkin kita adalah sepasang mata. Kamu mata yang sebelah kiri dan aku mata yang sebelah kanan. Mungkin kita adalah sepasang tangan. Kamu tangan yang sebelah kiri dan aku tangan sebelah kanan.

Ketika mata yang satu melihat ke sebuah pandang, otomatis mata yang lain akan mengikutinya. Kalau tidak mata itu akan juling. Ketika tangan yang satu bekerja, tangan lainnya akan membantunya. Segala sesuatu yang dikerjakan dengan bersama lebih sempurna, aku rasa begitu.

Mungkin kita adalah sepasang sepatu usang. Yang satu akan menangis ketika sol sepatu pasangannya lepas. Kita akan diletakkan di rak yang sama, berdebu, dan berdesakan dengan sepatu usang lainnya. Tapi kita akan saling mengenali bau sepatu masing-masing.

Mungkin kita adalah sepasang sendal jepit. Dipakai bersama. Apapun warna kita. Kita akan membuat pemakai kita nyaman dengan empuknya. Kita akan saling mencari ketika pasangannya hilang. Seperti jepit, kita memang ditakdirkan untuk saling mengait, satu dengan lainnya.

Mungkin kita adalah sepasang bulu mata. Kamu yang sebelah kiri dan aku yang sebelah kanan. Jika ada di antara kita yang jatuh di pipi. Itu adalah tanda kita saling mengangeni.

Mungkin kita adalah sepasang lubang hidung. Kamu yang sebelah kiri dan aku yang sebelah kanan. Jika yang lainnya tersumbat, terkena pilek. Yang lainnya pun ikut terganggu. Tidak bisa leluasa bernafas.

Mungkin kita adalah sepasang telinga. Kamu yang sebelah kiri dan aku yang sebelah kanan. Selalu butuh dua, supaya bisa mendengarkan bunyi dengan lebih jelas. Termasuk kata “I LOVE YOU” walaupun kata itu dikatakan sambil berbisik-bisik.

Mungkin kita adalah sepasang kaki. Kamu yang sebelah kiri dan aku yang sebelah kanan. Yang satu tidak akan melangkah terlalu cepat, terlalu lambat, terburu-buru. Kita akan saling menunggu. Kita akan saling sabar. Kita akan saling beriringan.

Ketika diciptakan sepasang, bersyukurlah aku dan kamu dipertemukan. Ketika aku dan kamu diciptakan sepasang,aku bersyukur bahwa itu kamu dan bukan orang lain.

Ketika aku dan kamu diciptakan sepasang, aku begitu penasaran, hendak melayangkan banyak pertanyaan kepada Pencipta. Tetapi yang keluar dari mulutku hanya dua kata,

“Terima Kasih”

Dan hey, bukankah kata itu sepasang.

Sabtu, 03 Maret 2012

Menemuimu


Kadang, disaat seperti ini aku ingin berjarak hanya sehasta darimu. Demikian ingin aku menjagamu dari air mata. Aku hanya mengenalmu melalui lini masa. Katakan aku terlalu mudah jatuh cinta. Entah, sakitmu aku juga merasa.

Aku ingin menemuimu. Lantas menangislah sesuka hati. Aku tak ingin tangis ini terjadi lagi. Seperti apapun, mereka melihat yang tampak. Tiada menyingkap apa yang bersembunyi. Kau adalah yang setia menanti. Entah, aku hanya tidak menyukai drama ini.

Semenjak aku mengenalmu melalui kata, lini masa tidak pernah seperih ini. Biarlah aku tenggelam dalam bayangmu. Akan jauh lebih baik dibanding larut dalam kesedihanmu.

Bagimu, aku adalah satu diantara puluhan ribu. Bagiku, kau puluhan ribu berlarian di kepalaku.

Sekeras apa aku mencoba, aku tidak akan pernah bisa. Sekeras apa aku, ingin kucoba, untuk tetap selalu ada. Lini masa ini mulai berjalan lambat. Degup jantungku berderap cepat. Pada tiap kata melintas, kuharap airmatamu tak terlepas. Setinggi gunung hambatan, selebat hutan rintangan. Memulihkan hatimu, seperti pekerjaan yang takkan lekang oleh waktu.

Kau miliki banyak teman, kau mengenal banyak kawan, kau miliki satu hati. Tolong, jangan biarkan ia retak kembali..

Mungkin aku tidak akan pernah nyata dihidupmu. mungkin kau ‘kan tetap fana di linimasa. lantas, kenapa sakit ini benar terasa?

Sejenak aku ingin melipat waktu. Mengenalmu, lantas sembunyikan detik agar tak berdetak. Agar kamu, tercitra di mataku.

Kepalaku sakit. Hentikan ini..

Ingatan Menjelang Pagi


Ingatanku berkeliaran di hutan waktu, semoga tidak tersesat ke sungai air mata.

Ada yang tergenang di wajahku, ada yang terngiang di telingaku. Entah apa, entah bagaimana. Mungkin ini namanya mati rasa.

Kita tidak lagi berdansa. Di bawah matahari, hujan, atau senja. Kumatikan sejenak melodi, biar hening menghinggapi.

Bahagia itu kamu. Ikut berbahagia itu aku. Jelaga tawa terkumpul di mata. Keduanya tumpah melebur satu.

Diselamatkan malam. Semoga mentari mengajakku kembali menari.

Malam sebentar lagi habis. Mimpi belum juga datang.

Jika Cinta


Jika cinta adalah bintang, aku hanyalah telunjuk yang menunjuk langit di malam hari.
Jika cinta adalah secangkir kopi, aku adalah semut yang mengambang di permukaannya.
Jika cinta adalah samudera, aku adalah emas yang tersembunyi di bangkai kapal.
Jika cinta adalah taman, aku adalah bangku taman tempat kamu dan dia duduk.
Jika cinta adalah badai, aku adalah pohon yang tumbang menghalang jalan.
Jika cinta adalah buku, aku adalah sarang laba-laba di perpustakaan.
Jika cinta adalah angin, aku hanyalah debu yang dihempas untuk ganggu matamu.
Jika cinta adalah kata, aku adalah kata yang tak pernah kamu ucapkan.
Jika cinta adalah lagu, aku adalah lantai dansa tempat kamu menari di dekapannya.
Jika cinta adalah air mata, aku hanyalah tissue yang baru kamu perlukan saat kamu menangisinya.
Jika cinta adalah kaca, aku hanyalah lembab yang melekat untuk kamu menulis nama depannya.
Jika cinta adalah rumah, aku adalah pintu yang menantimu pulang.
Jika cinta adalah malam, aku hanyalah dingin yang membawamu kembali ke pelukannya.
Jika cinta adalah penderitaan, aku bendera putih yang kamu kibar.
Jika cinta adalah embun pagi, akulah daun di tengah malam yang membuang detik berharap pagi segera datang.
Jika cinta adalah kopi, teh dan air putih, aku hanya cangkir kering kehilangan isi.
Jika cinta adalah sepi, aku adalah diam yang tak sanggup teriak.
Jika cinta adalah ada, jangan sebut aku menghilang!

Rindumu


Rindumu, Sayang, itu menguatkan kakiku untuk dapat selalu bangkit dan lebih gagah dalam melangkah. Rindumu, itu membuatku menilai diriku beruntung, dan dirinduimu dapat menjauhkan pikiranku dari segala kata mencela. Aku bersyukur kau dapat mengingatku, Sayang, aku bersyukur aku ada di ingatanmu. Terima kasih telah, sedang dan tetap merindukanku.

Dendam


Dendam adalah belenggu di dalam hati, benalu di dalam jiwa, yang bisa membuatmu seakan tampak dan merasa lebih besar, tetapi memakan isi hatimu dengan perlahan-lahan, mencuri seisi jiwamu sedikit demi sedikit. Sesungguhnya dendam mengotori hati, lebih dari itu, seperti ludah yang hendak memadamkan api cinta yang menyala.

Kamis, 01 Maret 2012

When You Love Someone - Endah Feat Rhesa


I love you but it's not so easy to make you here with me
I wanna touch and hold you forever
But you're still in my dream
And I can't stand to wait ‘till nite is coming to my life
But I still have a time to break a silence
When you love someone
Just be brave to say that you want him to be with you
When you hold your love
Don't ever let it go
Or you will loose your chance
To make your dreams come true...

I used to hide and watch you from a distance and i knew you realized
I was looking for a time to get closer at least to say... “hello”
And I can't stand to wait your love is coming to my life
When you love someone
Just be brave to say that you want him to be with you
When you hold your love
Don't ever let it go
Or you will loose your chance
To make your dreams come true...

And I never thought that I'm so strong
I stuck on you and wait so long
But when love comes it can't be wrong
Don't ever give up just try and try to get what you want
Cause love will find the way....
When you love someone
Just be brave to say that you want him to be with you
When you hold your love
Don't ever let it go
Or you will loose your chance
To make your dreams come true...

Sabar


Terkadang, ya, kesabaran adalah kekuatan menahan sesuatu yang berat, yang tidak hanya rasa rindu, rasa ingin, tetapi juga rasa sakit.

Selasa, 21 Februari 2012

Mencintai Dalam Diam


Terkadang banyak dari kita memilih untuk mencintai seseorang dalam diam dengan berbagai alasan. Menjaga perasaan orang, menghindari kericuhan dan mengendalikan prasangka-prasangka buruk. Mencintai dalam diam adalah caramu menyembunyikan raksasa hanya dengan dua hati kecil yang saling mengait. Suatu keberanian yang konyol tentunya.

Love is privacy, terkadang seperti teka-teki. Orang harus memecahkannya dengan menilai satu persatu senyum dan makna demi makna di balik pancaran mata. Itu tentu seru sekali. Rasa tidak amanmu hanyalah karena takut teka-teki yang kalian ciptakan akhirnya terpecahkan juga.

Aku tidak hendak merahasiakanmu karena aku takut, pun aku tidak ingin mengumbarnya untuk membusungkan dada.

Nasihat


Jelas sekali kalau patah hati bukan melulu tentang air mata yang jatuh di pipi. Atau jatuh cinta bukan hanya tentang perut yang berbunga-bunga. Mereka adalah siklus. Seperti ayah bertemu ibu. Dan kini terulang aku bertemu dengannya.

Misterius.

Tidak ada yang pernah bisa memprediksi apa-apa. Jatuh cinta dan patah hati berlaku kepada siapa saja, manusia baik-baik maupun manusia brengsek sekalipun. Jatuh cinta—patah hati—sepaket. Seperti parsel lebaran.

Tapi lebaran kini telah usai. Remah-remah nastar dan kastengel mungkin masih ada di dalam kotak kue dan belum sempat dibersihkan. Ayah yang sibuk dengan tanaman-tanaman di teras rumah. Ibu yang sibuk dengan memasak. Dan aku yang mungkin saat itu masih kecil, belum paham apa itu jatuh cinta dan patah hati.

Ketidakpahamanan membuatku penasaran. Ingin mencoba seperti apa jatuh cinta dan patah hati itu. Aku tidak bisa hanya memilih satu. Keduanya seperti sendal jepit lusuh yang berjalan beriringan. Keduanya tak bisa dipisahkan. Seperti ayah dan ibu. Aku tak bisa memilih hanya jatuh cinta kepada ayah atau ibu saja.

Ketika jatuh cinta kepada ayah, adakalanya aku patah hati. Sebaliknya ketika patah hati kepada ibu, bisa jadi ayah yang memberikanku cinta. Lalu patah hati yang lain pun menyusul dalam keadaan yang berbeda. Sayang sekali ayah tidak pernah bilang, bahwa aku harus mencintai wanita yang seperti apa.

Tapi ayah berpesan bahwa, ketika hidup, hiduplah dengan tulus-tulus saja. Pesan singkat yang tidak bisa aku lupa. Di satu sisi aku mengartikan ayah menginginkanku hidup, mencintai seperti merpati. Dan di sisi lainnya, aku mengartikannya sebagai hidup dan patah hatilah dengan tulus.

Tidak bisa memilih hanya satu. Konsekuensi adalah bayanganmu sendiri. Mengikuti kemanapun kakimu pergi. Aku ingin menelepon ayah dan mengajaknya ngobrol. Bercerita tentang jatuh cinta dengan wanita. Hanya saja beliau jauh. Bahkan antara aku, cinta anak laki-lakinya dengannya pun terhalang jarak.

Kalau sudah begini, yang dapat aku lakukan adalah mengingat-ingat nasihatnya. Dan menjalani kehidupan hari ini dengan tulus. Baik dalam keadaan jatuh cinta maupun patah hati.

Senin, 20 Februari 2012

Menjaga Cinta


Kalau sudah dicintai, jangan jadi takut. Hadapilah cinta yang kuat itu dengan berani. Milikilah rasa memiliki dan dimiliki, jagalah rasa menjaga dan dijaga, cintailah rasa mencintai dan dicintai. Jangan memiliki bagai menghakimi, jangan menjaga bagai mengurung, jangan mencintai bagai memuaskan.

Mengikat terlalu erat bisa terasa seperti jerat. Demikian cinta butuh kelembutan yang menguatkan.

Mengenalmu


Apa ada baiknya menyentuh segala seluk beluk kekuranganmu, menelusurinya sampai ke palung masa lalumu? Aku dalam keadaan tidak tenang sekarang. Memiliki hati yang hidupnya begitu misterius. Haruskah aku melihat apa yang kau lihat, mendengar apa yang kau dengar, menyaksikan hal-hal yang kau lewati, sekalipun itu mungkin akan menjadi hal termenyakitkan bagiku. Sebab merasakan apa yang kau rasakan seakan tak cukup menutup gundahku di tiap malam.

Setiap harinya kau bagai mengucap salam perkenalan, sekalipun lewat kata rindu dan sayang yang amat manis bukan kepalang. Siapakah kau, Sayang?

Pada Kenyataannya


Kau membasuh keringat di dahiku, kau memberikan aku semangat. Kau memberikan peluk yang hangat, kau mengerti benar airmataku. Kau menanyakan isi perutku, kau mengajakku makan, dan sesekali kau menyuapiku dengan tawa kecil yang bisa segera aku rindukan. Kau mengantarku pulang, kau menemuiku di tengah-tengah keramaian. Kau membuatku tetap tersenyum dan bertahan, sekalipun siang sudah berganti malam. Pada kenyataannya kau tidak mencintaiku, kau hanya seorang penyayang.

Seret Jemari


Di jendela yang masih basah di sesaat setelah rintik-rintikan awan reda, kutulis namamu dengan menyeretkan satu jariku perlahan-lahan. Entahlah, sepeninggalanmu aku jadi gemar melakukan hal-hal unik, yang bisa aku tulis terus menerus.

Jumat, 17 Februari 2012

Setia, Dimana Kau Berada?


"Setia, di mana kau berada?" by: Alberthiene Endah


Seorang perempuan mengatakan pada saya, “Setia itu hal yang paling sulit untuk dijaminkan. Cukuplah kita merasa yakin. Karena dengan itu maka hidup kita menjadi tenang…"


Katakanlah namanya Windy (32). Baru dua tahun menikah dengan Andre (34). Tak ada yang salah dari performa mereka selama dua tahun terakhir di ajang sosialisasi. Keduanya menunjukkan tampilan bahagia khas pengantin baru dengan segala ciri kemesraan yang hangat. Semua mahfum melihat bagaimana mereka mengumbar mesra. Setiap pasangan memang memiliki momen-momen bahagia yang solid pada fase tertentu.


Itu dua tahun terakhir. Dan belakangan ini Windy sudah tak mengubar bahagia yang sama. “Aku nggak tahu harus ngomong gimana. Iseng aku membuka BB Andre dan aku terkejut melihat isinya. Benar-benar syok. Dia punya rantai komunikasi yang erat dan mesra dengan dua orang perempuan. Aku benar-benar terpukul. Kalimat itu sama bobot mesranya dengan yang sering Andre lakukan padaku. Aku nggak percaya suamiku bisa seperti itu….”


Performa hangat mereka kemudian menguap, kering. Dan bisu. Windy kemudian mengaku bahwa dia sudah tidak bisa lagi merasakan kehangatan pernikahan seperti sebelumnya. Walau Andre berkali-kali mengatakan bahwa komunikasinya via BB dengan dua perempuan tersebut hanya sebatas guyon karena mereka adalah kolega kerja, kepercayaan Windy sudah berkurang drastis.


“Walau nggak ada yang berubah darinya, dia tetap pulang ke rumah tepat waktu, selalu menyediakan seluruh waktunya di akhir pekan untukku dan rajin menelepon, perasaanku sudah tidak sejernih dulu. Saat dia berkata-kata di telepon, aku selalu membayangkan apakah dia juga mengatakan itu pada perempuan lain. Apakah saat dia mesra padaku, hatinya sungguh terarah padaku?” Windy berkaca-kaca. “Sungguh tersiksa ketika kita kehilangan rasa percaya.”


Itu Windy. Kisah Erika (26) lain lagi. Menjalin hubungan cinta dengan Dhani (29) sudah empat tahun. Rencananya, tahun depan mereka akan menikah dan persiapan menuju momen indah itu sudah dilakukan sejak sekarang. Tak ada yang digelisahkan Erika dalam perjalanan menuju pernikahan itu, lantaran dia sudah merasa bahwa keletihan seberat apa pun merupakan bagian dari perjalanan sakral menuju pelaminan. “Kurasa kerepotan dan keringat letih saat mempersiapkan pernikahan adalah hal yang akan menjadi kenangan indah setelah kami menjadi orangtua kelak,” cetus Erika.


Tapi beberapa waktu belakangan ini Erika mengaku segalanya telah berubah. “Aku memergoki Dhani menemui mantannya, Linda. Walau Dhani mengatakan bahwa mereka tak sengaja bertemu di mal dan tak ada yang mereka lakukan kecuali hanya duduk makan dan ngobrol, tapi perasaanku kini dikotori kecurigaan….” Erika menunduk sedih.


Ia lalu melanjutkan. Dhani menunjukkan pembelaan dirinya dengan terus menemui Erika. Berulangkali meyakinkan bahwa tak ada yang perlu diresahkan dari peristiwa itu. Pernikahan mereka akan berjalan indah dan persiapan resepsi seharusnya diisi dengan kehangatan dan kegembiraan. Erika sebetulnya sangat percaya bagaimana besarnya cinta Dhani padanya. Tapi, “Aku seperti dihadapkan pada realita….mau naik pesawat terbang dan semua awak mengatakan aku akan baik-baik saja, tapi sebelum naik pesawat aku sempat melihat sesuatu yang mencurigakan di mesin pesawat. Apakah aku bisa terbang dengan perasaan nyaman?


Itu amat menyedihkan Erika. “Aku tak berminat untuk curiga dan memaksa Dhani memastikan bahwa dia tak memiliki hubungan dekat lagi dengan mantannya. Tapi aku juga tidak bisa menampik bahwa di sudut hatiku bertengger kekawatiran, apakah pernikahanku nanti akan steril dari rasa gelisah ini? Apakah Dhani benar telah melupakan mantannya? Apakah mantannya akan terus membayangi pernikahan kami kelak? Sungguh ini adalah perasaan yang sangat tak nyaman selama mempersiapkan pernikahan….”

ooOOoo


Kita memang tidak akan pernah bisa menyelami hati seseorang dengan jaminan. Bahkan orang terdekat sekali pun. Setiap manusia memiliki area sangat private yang tak terbantahkan. Yakni, hati sendiri. Dalam sebuah hubungan cinta keberadaan isi hati seringkali menjadi “momok” yang menciptakan ketegangan, ada atau tidak ada kasus.


Tidak ada kasus? Ya, bahkan kasus yang tak ada pun bisa mencuatkan kegelisahan akan kesetiaan. Dengar kisah Riana (25).


“Aku tak pernah merasakan gundah yang tak nyaman seperti ini. Aku baru setahun pacaran dengan Ryan. Tak ada yang salah dalam hubungan kami. Ryan cowok yang baik, penuh perhatian, romantis, dan tampaknya…setia.”


Kata ‘setia’ diucapkan Riana dengan lirih. Ia kemudian melanjutkan cerita. Beberapa waktu lalu ia dihampiri sepupunya, perempuan berusia 30 tahun, yang hendak mengajukan cerai dengan suaminya. Alasan cerai, suami yang dipercaya sebagai sosok setia itu ternyata kedapatan punya simpanan. Begitu hebatnya syok yang dialami sepupu ini, hingga ia harus bolak-balik ke psikiater.


“Dari peristiwa yang dialami sepupu, aku jadi belajar tentang satu hal. Bahwa sesuatu yang terlihat baik, steril, sempurna, belum tentu membungkus sesuatu yang baik pula. Tiba-tiba saja aku begitu kawatir bahwa Ryan yang kukenal sebetulnya hanyalah separuh dari Ryan. Aku takut ada yang tidak kukenali darinya. Aku takut dia bukan cowok yang jujur….”


Dari tiga kisah di atas kita melihat dengan jelas bahwa yang paling krusial dalam kekawatiran akan kesetiaan adalah perasaan tak percaya. Perasaan terancam. Perasaan yang tidak bisa lagi utuh untuk meyakini bahwa pasangan hidup memiliki konsentrasi cinta 100% pada mereka.


Cukup menarik menyimak pendapat Lona, 30, tentang kesetiaan. “Well, kita hidup di dunia yang berada di luar hati. Kita bergerak, bertindak, berbicara dalam kancah di luar hati. Seperti apa yang bergejolak dalam pikiran dan hati? Kita semua memiliki rahasia. Memiliki apa yang kita simpan dalam hati. Namun, orang-orang yang terlahir untuk mencintai dengan benar akan menunjukkan sikap yang benar pada pasangan….” Tutur Lona. “Tidak ada satu pun dari kita yang bisa berenang ke dasar hati orang lain, termasuk pasangan kita. Yang bisa kita lakukan adalah berharap yang terbaik darinya dan mengapresiasi apa yang dia buat untuk kita. Jika dia menunjukkan gelagat baik, hargai itu. Jika dia menunjukkan gelagat tak baik, hal sepenuhnya ada di tangan kita. Tapi jangan siksa diri kita dengan kecurigaan tak berdasar….”


Menurut Lona, banyak kasus ketidakpercayaan akan kesetiaan semakin rumit karena salah satu dari pasangan itu terus menerus menyuburkan perasaan cemas dan menuai panen kegelisahan tak henti-henti. Yang menjadi korban akhirnya hubungan cinta itu sendiri.


“Kenapa tidak berkomunikasi dengan terbuka dan membicarakan itu dengan tuntas. Tuntas dalam arti kita bisa mencapai titik ikhlas dan memulai perasaan baru yang lebih jernih,” lanjut Lona. Memang sulit. Tapi jika tidak begitu, kita hanya membawa pikiran dalam belukar yang keruh.


Ya, setia atau tidak setia kadang memang tak pernah bisa mengalir dalam gambaran yang jelas. Kita tidak akan pernah bisa melihat keyakinan. Yang bisa dilakukan adalah menciptakannya. Menyamankan diri sendiri. Belajar memercayai, jika kita memang yakin dia cinta kepada kita. Perjalanan cinta dengan konkrit akan memberikan sinyal-sinyal yang jelas tentang kapan kita harus bertindak untuk mempertanyakan itu. Dan perjalanan cinta mungkin juga akan memberitahu kita bahwa kegelisahan yang mengotori hati kita sama sekali tak beralasan.


Adalah manusiawi jika kita mempertanyakan kesetiaan. Tapi lebih manusiawi lagi bila kita belajar menumbuhkan kepercayaan….

Love,

Alberthiene Endah