Selasa, 21 Februari 2012
Mencintai Dalam Diam
Nasihat
Senin, 20 Februari 2012
Menjaga Cinta
Mengenalmu
Pada Kenyataannya
Seret Jemari
Jumat, 17 Februari 2012
Setia, Dimana Kau Berada?
"Setia, di mana kau berada?" by: Alberthiene Endah
Seorang perempuan mengatakan pada saya, “Setia itu hal yang paling sulit untuk dijaminkan. Cukuplah kita merasa yakin. Karena dengan itu maka hidup kita menjadi tenang…"
Katakanlah namanya Windy (32). Baru dua tahun menikah dengan Andre (34). Tak ada yang salah dari performa mereka selama dua tahun terakhir di ajang sosialisasi. Keduanya menunjukkan tampilan bahagia khas pengantin baru dengan segala ciri kemesraan yang hangat. Semua mahfum melihat bagaimana mereka mengumbar mesra. Setiap pasangan memang memiliki momen-momen bahagia yang solid pada fase tertentu.
Itu dua tahun terakhir. Dan belakangan ini Windy sudah tak mengubar bahagia yang sama. “Aku nggak tahu harus ngomong gimana. Iseng aku membuka BB Andre dan aku terkejut melihat isinya. Benar-benar syok. Dia punya rantai komunikasi yang erat dan mesra dengan dua orang perempuan. Aku benar-benar terpukul. Kalimat itu sama bobot mesranya dengan yang sering Andre lakukan padaku. Aku nggak percaya suamiku bisa seperti itu….”
Performa hangat mereka kemudian menguap, kering. Dan bisu. Windy kemudian mengaku bahwa dia sudah tidak bisa lagi merasakan kehangatan pernikahan seperti sebelumnya. Walau Andre berkali-kali mengatakan bahwa komunikasinya via BB dengan dua perempuan tersebut hanya sebatas guyon karena mereka adalah kolega kerja, kepercayaan Windy sudah berkurang drastis.
“Walau nggak ada yang berubah darinya, dia tetap pulang ke rumah tepat waktu, selalu menyediakan seluruh waktunya di akhir pekan untukku dan rajin menelepon, perasaanku sudah tidak sejernih dulu. Saat dia berkata-kata di telepon, aku selalu membayangkan apakah dia juga mengatakan itu pada perempuan lain. Apakah saat dia mesra padaku, hatinya sungguh terarah padaku?” Windy berkaca-kaca. “Sungguh tersiksa ketika kita kehilangan rasa percaya.”
Itu Windy. Kisah Erika (26) lain lagi. Menjalin hubungan cinta dengan Dhani (29) sudah empat tahun. Rencananya, tahun depan mereka akan menikah dan persiapan menuju momen indah itu sudah dilakukan sejak sekarang. Tak ada yang digelisahkan Erika dalam perjalanan menuju pernikahan itu, lantaran dia sudah merasa bahwa keletihan seberat apa pun merupakan bagian dari perjalanan sakral menuju pelaminan. “Kurasa kerepotan dan keringat letih saat mempersiapkan pernikahan adalah hal yang akan menjadi kenangan indah setelah kami menjadi orangtua kelak,” cetus Erika.
Tapi beberapa waktu belakangan ini Erika mengaku segalanya telah berubah. “Aku memergoki Dhani menemui mantannya, Linda. Walau Dhani mengatakan bahwa mereka tak sengaja bertemu di mal dan tak ada yang mereka lakukan kecuali hanya duduk makan dan ngobrol, tapi perasaanku kini dikotori kecurigaan….” Erika menunduk sedih.
Ia lalu melanjutkan. Dhani menunjukkan pembelaan dirinya dengan terus menemui Erika. Berulangkali meyakinkan bahwa tak ada yang perlu diresahkan dari peristiwa itu. Pernikahan mereka akan berjalan indah dan persiapan resepsi seharusnya diisi dengan kehangatan dan kegembiraan. Erika sebetulnya sangat percaya bagaimana besarnya cinta Dhani padanya. Tapi, “Aku seperti dihadapkan pada realita….mau naik pesawat terbang dan semua awak mengatakan aku akan baik-baik saja, tapi sebelum naik pesawat aku sempat melihat sesuatu yang mencurigakan di mesin pesawat. Apakah aku bisa terbang dengan perasaan nyaman?
Itu amat menyedihkan Erika. “Aku tak berminat untuk curiga dan memaksa Dhani memastikan bahwa dia tak memiliki hubungan dekat lagi dengan mantannya. Tapi aku juga tidak bisa menampik bahwa di sudut hatiku bertengger kekawatiran, apakah pernikahanku nanti akan steril dari rasa gelisah ini? Apakah Dhani benar telah melupakan mantannya? Apakah mantannya akan terus membayangi pernikahan kami kelak? Sungguh ini adalah perasaan yang sangat tak nyaman selama mempersiapkan pernikahan….”
ooOOoo
Kita memang tidak akan pernah bisa menyelami hati seseorang dengan jaminan. Bahkan orang terdekat sekali pun. Setiap manusia memiliki area sangat private yang tak terbantahkan. Yakni, hati sendiri. Dalam sebuah hubungan cinta keberadaan isi hati seringkali menjadi “momok” yang menciptakan ketegangan, ada atau tidak ada kasus.
Tidak ada kasus? Ya, bahkan kasus yang tak ada pun bisa mencuatkan kegelisahan akan kesetiaan. Dengar kisah Riana (25).
“Aku tak pernah merasakan gundah yang tak nyaman seperti ini. Aku baru setahun pacaran dengan Ryan. Tak ada yang salah dalam hubungan kami. Ryan cowok yang baik, penuh perhatian, romantis, dan tampaknya…setia.”
Kata ‘setia’ diucapkan Riana dengan lirih. Ia kemudian melanjutkan cerita. Beberapa waktu lalu ia dihampiri sepupunya, perempuan berusia 30 tahun, yang hendak mengajukan cerai dengan suaminya. Alasan cerai, suami yang dipercaya sebagai sosok setia itu ternyata kedapatan punya simpanan. Begitu hebatnya syok yang dialami sepupu ini, hingga ia harus bolak-balik ke psikiater.
“Dari peristiwa yang dialami sepupu, aku jadi belajar tentang satu hal. Bahwa sesuatu yang terlihat baik, steril, sempurna, belum tentu membungkus sesuatu yang baik pula. Tiba-tiba saja aku begitu kawatir bahwa Ryan yang kukenal sebetulnya hanyalah separuh dari Ryan. Aku takut ada yang tidak kukenali darinya. Aku takut dia bukan cowok yang jujur….”
Dari tiga kisah di atas kita melihat dengan jelas bahwa yang paling krusial dalam kekawatiran akan kesetiaan adalah perasaan tak percaya. Perasaan terancam. Perasaan yang tidak bisa lagi utuh untuk meyakini bahwa pasangan hidup memiliki konsentrasi cinta 100% pada mereka.
Cukup menarik menyimak pendapat Lona, 30, tentang kesetiaan. “Well, kita hidup di dunia yang berada di luar hati. Kita bergerak, bertindak, berbicara dalam kancah di luar hati. Seperti apa yang bergejolak dalam pikiran dan hati? Kita semua memiliki rahasia. Memiliki apa yang kita simpan dalam hati. Namun, orang-orang yang terlahir untuk mencintai dengan benar akan menunjukkan sikap yang benar pada pasangan….” Tutur Lona. “Tidak ada satu pun dari kita yang bisa berenang ke dasar hati orang lain, termasuk pasangan kita. Yang bisa kita lakukan adalah berharap yang terbaik darinya dan mengapresiasi apa yang dia buat untuk kita. Jika dia menunjukkan gelagat baik, hargai itu. Jika dia menunjukkan gelagat tak baik, hal sepenuhnya ada di tangan kita. Tapi jangan siksa diri kita dengan kecurigaan tak berdasar….”
Menurut Lona, banyak kasus ketidakpercayaan akan kesetiaan semakin rumit karena salah satu dari pasangan itu terus menerus menyuburkan perasaan cemas dan menuai panen kegelisahan tak henti-henti. Yang menjadi korban akhirnya hubungan cinta itu sendiri.
“Kenapa tidak berkomunikasi dengan terbuka dan membicarakan itu dengan tuntas. Tuntas dalam arti kita bisa mencapai titik ikhlas dan memulai perasaan baru yang lebih jernih,” lanjut Lona. Memang sulit. Tapi jika tidak begitu, kita hanya membawa pikiran dalam belukar yang keruh.
Ya, setia atau tidak setia kadang memang tak pernah bisa mengalir dalam gambaran yang jelas. Kita tidak akan pernah bisa melihat keyakinan. Yang bisa dilakukan adalah menciptakannya. Menyamankan diri sendiri. Belajar memercayai, jika kita memang yakin dia cinta kepada kita. Perjalanan cinta dengan konkrit akan memberikan sinyal-sinyal yang jelas tentang kapan kita harus bertindak untuk mempertanyakan itu. Dan perjalanan cinta mungkin juga akan memberitahu kita bahwa kegelisahan yang mengotori hati kita sama sekali tak beralasan.
Adalah manusiawi jika kita mempertanyakan kesetiaan. Tapi lebih manusiawi lagi bila kita belajar menumbuhkan kepercayaan….
Love,
Alberthiene Endah
Kamis, 16 Februari 2012
Sentak Pembohong
Rabu, 15 Februari 2012
Heart In Waiting
Selasa, 14 Februari 2012
Rintik
Senin, 13 Februari 2012
Bermimpi Ribuan Kali
Beri Aku
Ariel - Dara
Dalam benak selalu bertanya. Apa yang Ariel pikirkan ketika mencipta lagu Dara?
Minggu, 12 Februari 2012
Setiap Akhir Kisah adalah Awal dari Sebuah Kisah Baru
Kamis, 09 Februari 2012
Cintai Diri Sendiri
Sebelum menaklukan orang lain, taklukan diri sendiri!